Minggu, 14 September 2014

Om Sri Ramaya Namah

vayor yamo ‘gnir varunah sasankah
prajapatis tvam prapitamahas ca
namo namas te ‘stu sahasra-krtvah
punas ca bhuyo ‘pi namo namas te


“Andalah udara, dan Andalah Yang Maha Kuasa! Anda adalah api, Anda adalah air, dan Anda adalah bulan! Anda adalah Brahma, makhluk hidup yang pertama, Anda adalah kakek moyang semua makhluk hidup. Karena itu hamba bersujud dengan hormat kepada Anda seribu kali, kemudian berulang kali lagi.” (Bhagavad-gita 11.39)

Minggu, 07 September 2014

Pura Bhur, Bwah, Swah

Pura Bhur, Bwah, Swah

Tanggal 6 September 2014, setelah mempacking perlengkapan seperti senter, makanan, minuman, sleeping bag, obat-obatan, jacket, sandal gunung, tepat pukul 5 sore dengan pakaian adat ke pura kami bertiga berangkat dari kaba - kaba, dengan mengendarai mobil toyota agya yang baru 10 bulan saya beli, tujuan berikutnya adalah menuju bebengan di desa tangeb, menjemput  teman beserta keluarganya.Dengan dua kendaraan kami berenam selanjutnya menuju Peguyangan kaja, menjetput rekan kami agar keberangkatan semakin ramai, sekaligus kami mengambil perlengkapan persembahyangan seperti canang, pejati 4.Di kendaraan APV hitam berisi 6 orang dan di Agya 4 orang.Memasuki Bypass Ida Bagus Mantra kendaraan dipacu di atas 60 km/jam karena kami memang sudah janjian dengan Jero Mangku Pura Bhur Bwah Swah.Perjalanan dari Denpasar menuju Karangasem terasa cepat karena jalanan lengang.Jam 7 kami memasuki Taman Ujung , perjalanan menyusuri Seraya Barat yang memang berlokasi di pinggir pantai, tidak bisa kami nikmati karena cuaca gelap.Mobil terus kami pacu karena jalan mulus yang kami lalui semakin menanjak.Hingga kami tiba di Seraya Tengah, jalan yang kami lalui tidak mulus lagi, terlihat bekas aspal namun lobang menganga cukup besar dan tanjakan yang lumayan, membuat si kecil Agya ngosngosan, hingga kami tiba di pertigaan menuju ke pura, kami diberhentikan masyarakat disana, yang tidak lain bekas kelian yang mengantar kami ke rumah jero mangku.Rumah jero mangku berada di ujung jalan yang tidak bisa kami lalui denga mobil, jadi mobil harus kami mundurkan.Di rumah yang sederhana itu, kami disambut hangat oleh Jero Mangku beserta keluarga, kami berbincang panjang lebar ditemani kopi susu dan jagung goreng khas Seraya Tengah.kami diceritakan sejarah pura Bhur Bwah Swah dengan sangat mendetail oleh Jero Mangku, beserta keajaiban -  keajaiban di Pura Bhur Bwah Swah.Tak terasa kami berbincang hingga pukul 9 malam,kemudian kami bergegas melanjutkan perjalanan agar nanti pukul 1 dini hari kami tiba di puncak.Si agya mendapat 1 penumpag lagi, dengan jero mangku yang duduk di depan, perjalanan kami melewati tikungan langsung berhadapan dengan tanjakan terjal, namun bisa dilewati si kecil Agya, malah setelah melewati Pura Batu Tulis APV sempet mundur karena kesalahan perseneling.Uniknya dalam perjalanan kami melewati mesjid yang berdiri di sebelah kiri kami, konon mesjid ini merupakan tawanan Raja Karangasem dari Lombok yang dihukum ke Seraya, di pengulun Desa Seraya untuk meghilangkan kemampuan warga Seraya yang pada zaman kerajaan memang terkenal kebal, sebagai tameng yang pertama kali bergerak menyerang musuh.Namun warga Seraya yang kebal ini difitnah karena saking saktinya berniat membuat kerajaan di Seraya, itu membuat Raja Karangasem mencari jalan agar kekuatan warga Seraya tersebut punah.Begitulah kisah desa Seraya yang diceritakan Jero Mangku dalam perjalanan kami.Hingga tibalah kami di tempat parkir yang cukup luas, namun keadaan sangat gelap karena tidak ada lampu penerangan disana, setelah kami memarkir kendaraan, kami mempersiapkan perlengakapan dan tidak lupa senter kami terus nyalakan karena suasana sangat gelap.Kemudian kami menyusuri tangga dari semen yang terlihat rapi.dari tangga ini sudah mulai menanjak, hingga kami tiba di Pura Bhur, kurang lebih dari tempat parkir menuju Pura Bhur kami lalui dalam waktu 5 menit.Suasana di Pura Bhur yang gelap , membuat perasaan semakin tenang, ditemani hembusan angin memberikan kami kesejukan.Setelah sarana upacara dihaturkan , beserta pejati, suara genta Jero Mangku dan harumnya dupa malam itu, membuat kami sangat bersemangat, diiringi mantra dan puja Jero Mangku, kemudian selesai persembahyangan kami diperlihatkan keanehan tirtha yang keluar menetes dari atap pelinggih.
Perjalanan kemudian kami lanjutkan kembali, menyusuri tegalan yang sudah mulai menanjak,kemudian memasuki hutan yang rimbun.Tujuan kami berikutnya adalah Pura Gua Tirtha, perjalanan kami tempuh kurang lebih setengah jam, hingga tiba di tebing dari batu, namun di batu itu ada sebuah gua dengan lubang menyerupai gua, Kemudian Jero Mangku menghaturkan canang, segehan dan tidak lupa pejati. Kemudian kami melakukan persembahyangan bersama, dilanjutkan dengan upacara melukat.Dinginnya tirtha tidak membuat kami menggigil, namun merasakan kesegaran tiada tara.Setelah satu persatu dari kami dilukat Jero Mangku, acara perjalanan kami lanjutkan kembali,
Perjalanan kami selanjutnya menuju pura Bwah, perjalanan kami memakan waktu dua jam lebih menuju pura Bwah, medan yang kami lewati sangat terjal dengan kemiringan diatas 45 derajat , jalan setapak dari tanah yang untungnya tidak terlalu licin.Hingga kami tiba di Pura Bwah, sebuah pelinggih sederhana namun tetap terjaga keasriannya.Setelah Jero Mangku menghaturkan wangi beserta pejati, kami melakukan persebahyangan bersama, cuaca terasa agak gerah karena tubuh kami dibasahi keringat, meski kami sudah berada di ketinggian dan kabut sudah turun.
Tanpa beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak , jalan setapak dengan pohon paku di pinggirnya, meski agak licin namun kami semakin mempercepat langkah kami.Pukul 1 kami tiba di puncak, setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan persembahyangan.Suhu di puncak mencapai 13 derajat, membuat kami menggigil.Setelah selesai sembahyang,kami menikmati tipat yang kami bawa, kemudian kami putuskan beristirahat di puncak, untungnya saya membawa sleeping bag yang lumayan menahan dingin,pukul 4 lewat 13 menit kami turun, pukul setengah 6 kami tiba di parkir.


Total Tayangan Halaman